Pelatihan
Pada tanggal 28 Agustus 2020 Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM bekerja sama dengan Asosiasi Profesi Keamanan Pangan Indonesia (APKEPI) menyelenggarakan Webinar Series Keamanan Pangan #5 dengan topik Bahaya Cemaran Mikotoksin dan Kimia pada Bahan Pangan.
Narasumber pada webinar ke-5 ini adalah Prof. Endang Sutriswati Rahayu (Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM, pakar mikrobiologi) yang memberikan materi tentang Bahaya Cemaran Mikotoksin dan Dr. Andriati Ningrum (dosen Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian UGM) yang menyampaikan materi tentang Bahaya Cemaran Kimia pada Bahan Pangan. Peserta yang turut berpartisipasi dalam webinar ini berjumlah kurang lebih 300 orang dari berbagai universitas, UMKM, dinas/instansi pemerintahan, perusahaan swasta, dan masyarakat umum dari seluruh Indonesia.
Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM bersama dengan Asosiasi Profesi Keamanan Pangan Indonesia menyelenggarakan Webinar Keamanan Pangan Edisi Spesial!
“Food Safety Webinar 2020” dengan tema Challenges of Food Safety in Indonesia
Menghadirkan 4 narasumber yang merupakan expert dibidangnya. Jangan lewatkan!
Daftar sekarang melalui http://bit.ly/FoodSafetyWebinar2020
Oleh: Prof. Dr. Ir. Endang Sutriswati Rahayu, M.S.
Patulin adalah salah satu jenis mikotoksin yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Disebut Patulin, karena pertama kali ditemukan, komponen ini dihasilkan oleh Penicillium patulum (nama baru Penicillium griseofulvum). Awal ditemukan, tahun 1943 oleh Nancy Atkinson, komponen ini digunakan sebagai antibiotik untuk Gram positif maupun negative. Namun, karena toksisitasnya, penggunaan patulin sebagai antibiotik dilarang.
Pada tahun 1960an, komponen ini dikategorikan sebagai salah satu mikotoksin. Patulin, yang berupa poliketida dihasilkan oleh beberapa spesies Penicillium, Aspergillus, dan Byssochlamys.
DAMPAK KESEHATAN MIKOTOKSIN
Apakah dampak pada kesehatan apabila tidak sengaja ternyata makanan yang kita konsumsi telah tercemar dengan mikotoksin?
Pada umumnya, dampak mikotoksin adalah bersifat kronis, yaitu setelah terakumulasi pada tubuh dalam jangka waktu yang lama. Namun ada juga yang sifatnya akut. Marilah kita kembali pada sejarah ditemukannya mikotoksin.
Pada awal tahun 1960, terdapat dua kejadian yang membuktikan bahwa jamur benang (mold) dapat menghasilkan metabolit yang beracun. Pertama, peristiwa yang terjadi di Rusia, pada saat perang dunia (PD) II. Meskipun peristiwanya sendiri terjadi pada tahun 1940, informasinya baru menyebar pada tahun 1960. Pada masa perang, setelah Jerman menduduki Rusia, dilakukan penyerangan ke Moskow pada musim gugur tahun itu. Jerman memaksa bangsa Rusia meninggalkan lahannya sebelum tanaman dipanen. Salah satu dari tanaman yang belum dipanen saat itu adalah millet. Namun demikian, ternyata Jerman gagal menyerang Moskow karena musim dinginnya yang sangat berat, dan suasana ini menyebabkan bangsa Rusia kembali menguasai daerah dan lahannya. Millet yang belum sempat dipanen dan tetap tertinggal selama musim dingin dengan saljunya yang berat, selanjutnya dipanen dan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan roti tawar. Namun, ternyata, roti ini telah menyebabkan wabah penyakit dan juga kematian (mencapai 100.000), di beberapa daerah di Uni Soviet. Penyelidikan lebih lanjut membuktikan bahwa millet telah terkontaminasi oleh jamur, terutama Fusarium. Jamur inilah yang diperkirakan mampu menghasilkan toksin trikotesena, yang dapat menimbulkan penyakit yang disebut alimentary toxic aleukia (ATA) atau septic angina.
Pada tanggal 7 Agustus 2020 Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM bekerja sama dengan Asosiasi Profesi Keamanan Pangan Indonesia (APKEPI) menyelenggarakan Webinar Series Keamanan Pangan #5 dengan topik Pengenalan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Hazard Analysis of Critical Control Points (HACCP). GMP dan HACCP ini sangat penting untuk diterapkan pada industri pangan, baik UMKM maupun perusahaan yang bergerak di bidang pangan dalam rangka menjamin kualitas dan keamanan pangan produk yang dihasilkan.
Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM dan Asosiasi Profesi Keamanan Pangan (APKEPI) bekerjasama menyelenggarakan Webinar Series Keamanan Pangan dengan topik
“Pengenalan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP)”
Terbuka untuk seluruh pengusaha di bidang pangan olahan dan pangan siap saji. Mari bersama-sama untuk belajar menyiapkan pangan yang lebih aman, terutama di masa pandemi COVID-19 seperti ini
Jumat, 7 Agustus 2020
Pukul 09.00 – 10.30 WIB
melalui Cisco Webex
Pada hari Jumat tanggal 17 Juli 2020 telah dilaksanakan Webinar Series Keamanan Pangan yang ke-4 dengan topik “Kupas Tuntas Listeria monocytogenes dan Penyakit via Makanan Lainnya”. Narasumber pada webinar ini yaitu Prof. Endang Sutriswati Rahayu (Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM) yang menyampaikan materi seputar Listeria monocytogenes, dilanjutkan dengan materi tentang Food Borne Diseases (Penyakit-penyakit Via Makanan) yang disampaikan oleh Dr. Dian Anggraini Suroto (Dosen di Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian UGM). Total peserta yang turut berpartisipasi dalam acara webinar kurang lebih sebanyak 250 peserta yang berasal dari berbagai Universitas, instansi pemerintahan, Dinas, UMKM, dan masyarakat umum.
Saat ini, tuntutan jaminan pangan yang bergizi, aman dan bermutu terus meningkat. Keamanan pangan menjadi kunci dalam mencegah penyakit–penyakit via makanan (foodborne diseases). Konsumen menginginkan makanan yang bergizi dan aman sehingga masalah keamanan pangan menjadi sangat penting bagi industri dan bisnis pangan. Pelaku usaha pangan wajib memproduksi dan memasarkan pangan yang aman dan sesuai. Ketika masyarakat diharuskan tetap tinggal di rumah maupun melakukan rutinitas pada masa new normal, semakin banyak konsumen yang beralih ke e-commerce dan berbelanja ritel makanan secara daring. Banyak orang membeli makanan secara daring dari banyak situs ecommerce yang bermunculan sejak awal pandemi ini. Para ibu rumah tangga juga menciptakan ide-ide kreativitas yang dituangkan dalam berbagai produk makanan misalnya frozen food sehingga tantangan keamanan pangan juga meningkat seiring dengan munculnya berbagai ghost kitchen, dark kitchen, food trucks, food deliveries dll. Lantas, bagaimana cara menghasilkan makanan yang aman dan bermutu? Mari kita simak langkah-langkahnya:
Oleh: Kartika Wulan Sari
Pada era new normal saat ini masyarakat membutuhkan makanan yang tidak hanya bergizi untuk menjaga imunitasnya dalam menghadapi penyebaran virus COVID-19, namun juga perlu makanan yang aman untuk dikonsumsi. Hal ini merupakan peluang untuk memperkuat keamanan pangan nasional. Salah satu faktor kunci dalam peningkatan keamanan pangan yaitu kompetensi sumber daya manusia (personal hygiene). Apabila penanganan bahan pangan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan hingga penyajian makanan tidak dilakukan dengan baik dan tepat maka berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap konsumen yaitu keracunan makanan. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sekitar 29% penyebab munculnya berbagai kasus keracunan di Indonesia karena faktor higiene perorangan. Seringkali kontaminasi berasal dari karyawan yang mengolah makanan. Kontaminasi ini terjadi karena adanya kontak langsung antara anggota tubuh karyawan dengan makanan, baik yang disengaja maupun tidak.