Rekayasa genetika adalah upaya untuk melakukan modifikasi molekul genetik dari suatu organisme sehingga diperoleh sifat baru yang dimiliki. Teknik rekombinasi molekul DNA yang pertama kali diperkenalkan oleh Paul Berg tahun 1972, segera dikembangkan oleh Genetech 1976 dengan memproduksi insulin manusia melalui teknik ini. Pada akhirnya insulin hasil rekayasa genetika mulai dipasarkan pada tahun 1982. Teknik yang masih baru saat itu, selanjutnya dikembangkan untuk meningkatkan kualitas produk pertanian, sehingga muncullah berbagai komoditas hasil rekayasa genetika, atau sering kita sebut produk GMO (genetically modified organisms), atau PRG (produk rekayasa genetika).
Identifikasi Bakteri Asam laktat dengan Metode Molekuler
Oleh : Prof. Dr. Ir. Endang S. Rahayu, M.S. dan Pratama Nur Hasan, S.TP, M.Sc
Bahan makanan hasil fermentasi pada umumnya mengandung mikrobia baik yang bermanfaat, salah satunya bakteri asam laktat. Makanan tradisional berbasis fermentasi di Indonesia cukup banyak ragamnya dan tentunya memiliki berbagai macam karakteristik mikrobia, sehingga diperlukan proses identifikasi untuk menentukan jenis mikrobia yang berperan dalam proses fermentasi.
Identifikasi mikrobia saat ini sudah mencapai tahap yang lebih spesifik, yaitu menggunakan proses identifikasi secara molekuler. Proses identifikasi molekuler dikatakan lebih akurat dikarenakan menggunakan identifikasi secara genetis dari mikrobia yang telah diisolasi.
Menindaklanjuti Surat Edaran Rektor Nomor 3711/UN1.P/SET-R/KR/2020 tertanggal 22 Mei 2020 tentang Pedoman KBM dalam Masa Pandemi COVID-19, dengan ini diberitahukan bahwa Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM membuka kembali pelayanan penelitian mahasiswa dan penerimaan pengujian mulai hari Selasa tanggal 2 Juni 2020, dengan menerapkan protokol kesehatan. Adapun pengumuman selengkapnya sebagai berikut:
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi risiko penyebaran virus COVID-19. Salah satunya adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilakukan di beberapa kota besar di Indonesia. Kini Indonesia tengah menyambut kehidupan new normal, yaitu perubahan pola hidup di masa pandemi COVID-19. Virus COVID-19 umumnya ditularkan dari orang ke orang melalui droplet atau kontak langsung (misanya berjabat tangan atau cipika cipiki). Namun ada juga kemungkinan penularan melalui kontaminasi benda yang disentuh oleh pasien positif COVID-19. Hal ini yang mendasari pentingnya meningkatkan pola hidup bersih dan sehat. Berikut merupakan kiat kiat yang perlu dipahami untuk menyambut pola hidup pasca PSBB:
Virus COVID-19 umumnya ditularkan melalui droplet dari satu orang ke orang yang lain. Kontak fisik, seperti berjabat tangan, cipika cipiki, maupun berpelukan, juga dapat berisiko menularkan virus COVID-19. Hingga saat ini, baik FAO/WHO, Badan Pangan dan Obat AS (US-FDA), Badan Otoritas Keamanan Eropa (EFSA), Badan Pengawas Pangan Kanada (CFIA), dan Standar Pangan Australia dan Selandia Baru (FSANZ) tidak mendapati adanya laporan yang menyatakan bahwa COVID-19 dapat ditularkan melalui pangan. Namun ada juga kemungkinan penularan COVID-19 melalui benda yang terkontaminasi atau tersentuh oleh pasien positif COVID-19.
Bakteri asam laktat yang dikenal sebagai bakteri baik, yang banyak ditemukan di berbagai makanan fermentasi tradisional, sampai dengan saat ini masih tetap menjadi topik menarik.
Makanan fermentasi tradisional yang di Indonesia banyak berlangsung secara tradisional merupakan sumber BAL yang penting untuk dieksplorasi, diawali dengan isolasi, selanjutnya dilakukan skrining sesuai dengan potensi BAL yang akan dipelajari.
Materi Workshop yang ditulis pada tahun 1997 tentang Bakteri Asam Laktat masih relevan untuk digunakan. Oleh karena itu, materi ini di upload di web PSPG, untuk memudahkan para peneliti awal di dalam melakukan isolasi bakteri ini. PSPG UGM telah mengawali isolasi BAL sejak awal tahun 90-an, memiliki banyak koleksi bakteri yang tersimpan dalam ampul dan dikelola oleh Food and Nutrition Culture Collection (FNCC).
Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakan akan keamanan pangan, terutama di bidang mikrobiologi, International Union of Microbiological Societies (IUMS) secara rutin menyelenggarakan IUMS Outreach Program di berbagai negara. Di tahun 2020, IUMS bekerjasama dengan Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM menyelenggarakan 6th IUMS Outreach Program on Food Safety and Microbial Toxins pada 20 – 21 Februari 2020 di University Club UGM. Program yang dilaksanakan selama 2 hari ini menghadirkan 10 pembicara yang berasal dari luar negeri dan 10 pembicara dari dalam negeri. Negara negara yang berpartisipasi dalam program ini antara lain adalah, Inggris, Malta, Prancis, Belanda, Denmark, Belgia, Thailand, Malaysia, dan Fililipina. Dalam IUMS Outreach Program 2020, Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM, yang kala itu diwakili oleh Prof. Dr. Endang S Rahayu, MS, memberikan pemaparan mengenai hasil penelitian cokelat probiotik yang aman. Produk cokelat terbuat dari biji kakao yang mudah terpapar cemaran jamur maupun mikotoksin. Penelitian ESR melakukan upaya untuk meminimalkan cemaran jamur maupun mikotoksin pada biji kakao menggunakan kultur BAL Lactobacillus plantarum HL-15 pada saat fermentasi biji kakao. Untuk mengetahui berbagai materi yang dipresentasikan dalam program IUMS Outreach Program 2020, silahkan dapat klik di link dibawah ini.
Asian Conference on Lactic Acid Bacteria (ACLAB) merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Asian Federation of Societies for Lactic Acid Bacteria (AFSLAB) setiap dua tahun sekali. Setiap negara anggota AFSLAB akan bergantian menyelenggarakan acara ini. Di tahun 2019, ACLAB-10 telah diselenggarakan di Indonesia bekerjasama dengan Perkumpulan Mikrobiologis Indonesia (PERMI) dan Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI). Acara konferensi yang diselenggarakan selama dua hari di Grha Sabha Pramana, UGM tersebut menghadirkan 25 ahli di bidang BAL, probiotik, dan Gut Microbiota, dari berbagai negara di Asia, yaitu China, Filipina, Jepang, India, Iran, Korea Selatan, Malaysia, Mongolia, Taiwan, Thailand, dan Singapura. Peserta ACLAB-10 juga datang berbagai dari negara di Asia, tak hanya berasal dari Indonesia saja. Total terdapat 297 peserta yang terdiri dari 102 peserta luar negeri dan 195 peserta dalam negeri. Silahkan klik link dibawah ini untuk mengetahui materi-materi apa saja yang dipresentasikan di ACLAB-10.
Topik yang dipilih dalam kumpulan paper ini adalah Strain Improvement Bakteri Asam Laktat untuk Industri Pangan. Beberapa teknik telah digunakan untuk meningkatkan kemampuan bakteri asam laktat di bidang industri, agar potensi yang diinginkan dapat ditingkatkan, baik melalui rekayasa metabolisme maupun teknologi DNA rekombinan. Namun dalam paper ini juga dibahas hal yang menarik, adalah peran bakteriofag (virus bakteri) atau disebut fag di dalam kegagalan proses fermentasi menggunakan BAL.
Kacang-kacangan merupakan sumber utama protein nabati. Selain tinggi protein, kacang- kacangan juga mengandung serat yang tinggi dan kandungan lemaknya cukup rendah. Meskipun kacang-kacangan lokal di Indonesia sangat beragam jenisnya, namun pemanfaatnnya masih sangat terbatas. Salah satu jenis kacang lokal yang belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia yaitu koro pedang putih (Canavalia ensiformis L). Koro pedang putih memiliki potensi yang besar untul diolah menjadi produk pangan ditinjau dari kandungan gizinya. Disamping itu koro pedang putih memiliki produktivitas cukup tinggi. Seperti kacang-kacangan pada umumnya, koro pedang putih juga mengandung zat anti gizi dan senyawa toksik seperti seperti inhibitor tripsin, fenolik, tannin, fitat, canavanine, oligosakarida, dan HCN. Zat antigizi tersebut dapat dikurangi dengan berbagai perlakuan pengolahan seperti perendaman, pengupasan, perebusan, dan fermentasi. Berikut merupakan dokumentasi video penelitian Fermentasi Sari Koro Pedang Putih dengan menggunakan Bakteri Asam Laktat untuk menghasilkan produk minuman sari koro pedang terfermentasi. Dilaksanakan dalam rangka Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi (PTUPT) Tahun 2019 dengan peneliti utama Dr. Ir. Tyas Utami, M.Sc.