Stunting yang diartikan sebagai individu yang memiliki tinggi badan lebih pendek dari pada umumnya, merupakan salah satu akibat dari malnutrisi. Sedang malnutrisi sendiri dapat diartikan sebagai kurang gizi yang berakibat pada stunting yaitu pendek, atau wasting yaitu kurus, maupun over gizi yang berakibat pada obesitas. Kondisi stunting di Indonesia memang masih memprihatinkan, dari data resmi yang ada, persentase anak stunting masih berkisar antara 38%. Bahkan Indonesia menempati posisi terburuk ke 3 di negara Asia, setelah Timor Leste dan India.
Penyebab stunting ada beberapa faktor, namun yang terutama adalah asupan gizi kurang. Berikut ini adalah gambaran sebab-akibat peristiwa stunting, diawali dengan kurangnya asupan gizi yang berdampak pada respons sistem imun kurang sempurna sehingga anak-anak mudah terserang penyakit infeksi akibat patogen yang ditandai dengan munculnya diare. Infeksi saluran pencernaan juga berakibat pada gangguan keseimbangan gut microbiota atau terjadinya dysbiosis. Gangguan keseimbangan gut microbiota berakibat pada lemahnya proteksi terhadap saluran pencernaan sehingga terjadi gangguan permeabilitas. Dampak dari gangguan permeabilitas saluran pencernaan adalah terjadinya malabsorpsi. Malabsorpsi berakibat pada kurangnya asupan gizi. Demikianlah penjelasan tentang sebab-akibat peristiwa nutrisi.
Dampak stunting tidak hanya terbatas pada masa anak-anak, namun juga berlanjut pada kehidupan di kemudian hari. Kecuali tubuh yang pendek dan kurang fit, stunting juga menyebabkan gangguan perkembangan kognitif yang merugikan pada penderitanya. Bahkan dapat menyebabkan beban nasional. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi stunting, bahkan Pemerintah juga memiliki berbagai program untuk mengatasi stunting melalui Kementerian terkait.
Namun yang akan disampaikan dalam tulisan pendek ini adalah dengan memotong rantai sebab-akibat pada peristiwa stunting melalui modulasi gut microbiota. Apakah probiotik dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah stunting? Bagaimana perannya?
Penelitian Monira dkk (2011) dan Velly (2017) membuktikan bahwa terdapat hubungan antara stunting dan gut microbiota, disebutkan bahwa pada anak-anak stunting, populasi bakteri baik menurun, dilain pihak, populasi bakteri yang kurang menguntungkan meningkat. Bakteri yang populasinya menurun adalah bakteri-bakteri baik yang termasuk dalam genera Bifidobacterium, Lactobacillus, Faecalibacterium, Butyrivibrio, dan Roseburia; Sedang bakteri yang kurang menguntungkan merupakan spesies dari Proteobacteria, yaitu Escherichia, Klebsiella, Enterobacter yang kita kenal dengan coliform, serta patogen Shigella.
Penelitian terkait konsumsi probiotik powder indigenous Lactobacillus plantarum Dad-13 oleh anak-anak stunting di Lombok telah dilakukan oleh Tim Gut Microbiota dan Probiotik UGM. Hasil menunjukkan bahwa bakteri ini mampu memperbaiki lingkungan usus dengan indikasi naiknya konsentrasi short chain fatty acids (asam butirat, asam propionat, asam asetat), serta turunnya pH pada feses.
Bagaimana dengan kondisi gut microbiota? Walaupun konsumsi probiotik ini hanya dapat mengubah secara signifikan populasi Lactobacillus, namun diperoleh hasil bahwa: lebih dari separo subyek mengalami peningkatan bakteri baik, yaitu Bifidobacterium, dan penurunan bakteri kurang menguntungkan yaitu Escherichia coli dan Klebsiela.
Walaupun konsumsi probiotik selama dua bulan belum dapat memperbaiki stunting, namun probiotik ini mampu memperbaiki kondisi lingkungan usus dan dapat meningkatkan berat badan dan BMI (body mass index).
Disampaikan pada: International Seminar on the Development of Probiotics Industry in China, Guangzhou, 26 June 2019)
(ESR Edisi Gut Microbiota)