Beberapa informasi mengenai Chobio telah diulas pada beberapa artikel sebelumnya. Sekedar mengingat kembali, chobio merupakan produk cokelat susu dengan bakteri baik. Chobio dibuat menggunakan biji kakao lokal berkualitas yang bebas mikotoksin. Biji kakao yang digunakan untuk produksi chobio difermentasi menggunakan Lactobacillus plantarum HL-15, isolat indigenous yang diisolasi dari fermentasi kakao di Gunungkidul. Sedangkan bakteri baik yang ditambahkan yaitu bakteri indigenous Lactobacillus plantarum Dad-13, diisolasi dari makanan fermentasi tradisional dadih. Bakteri ini telah melewati serangkaian uji pre klinis maupun uji klinis dan terbukti memiliki manfaat untuk menjaga saluran pencernaan.
Sejarah lahirnya Chobio ini bermula dari kerjasama penelitian yang dilakukan oleh para peneliti Kakao dari BPTP Yogyakarta, Prof Dr. Ir. Titiek F Djaafar dan Dr. Tri Marwati dengan peneliti probiotik dan bakteri asam laktat FTP-PSPG UGM, Prof. Dr. Endang S. Rahayu dan Dr. Tyas Utami dalam menghasilkan biji kakao berkualitas dan bebas mikotoksin. Penelitian pun berlanjut ke produk cokelat. Para peneliti melakukan inovasi dan pengembangan produk cokelat dengan menambahkan bakteri baik. Produk cokelat tersebut kemudian diberi nama Chobio. Bakteri baik L. plantarum Dad-13 yang digunakan merupakan kultur koleksi yang dimiliki oleh Food and Nutrition Culture Collection (FNCC), Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM (PSPG UGM). L. plantarum Dad-13 ditambahkan kedalam cokelat dalam bentuk bubuk yang diproduksi oleh unit produksi probiotik dan kultur starter yang merupakan unit usaha PSPG UGM. Berbagai uji dan formulasi dilakukan untuk memperoleh formula yang tepat dan disukai oleh konsumen. Uji viabilitas dilakukan untuk memastikan bahwa bakteri baik yang dimasukkan kedalam cokelat tetap hidup dengan jumlah yang cukup, sehingga apabila dikonsumsi, bakteri baik ini akan tetap hidup di saluran pencernaan dan mampu memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh. Produksi dan formulasi Chobio pertama kali dilakukan di Taman Teknologi Pertanian yang bertempat di Nglanggeran, Gunungkidul dengan memanfaatkan biji kakao berkualitas dan bebas mikotoksin dari para petani kakao Desa Nglanggeran dan Desa Bunder Patuk Gunungkidul yang dibina oleh tim peneliti. Peneliti melakukan serangkaian uji sensoris dan melakukan promosi dalam lingkungan terbatas, dan ternyata hasilnya cukup menggembirakan. Produk Chobio disukai oleh konsumen dan menjadi produk yang memiliki prospek pasar.
Dengan dana yang diperoleh dari Lembaga Pengelola Dana Penelitian Kementerian Keuangan RI melalui program Riset Inovasi Produksi, RISPRO LPDP, peneliti melakukan penelitian pengembangan Chobio menuju hilirisasi dan komersialisasi. Penelitian ini bekerja sama dengan mitra industry cokelat yang ada di Yogyakarta yaitu Cokelat nDalem. Bersama dengan cokelat nDalem, peneliti melakukan reformulasi dari formula yang telah ada sebelumnya. Dari hasil reformulasi tersebut dilakukan serangkaian uji pasar sampai Chobio mampu dan layak diterima pasar. Market test pun dilakukan di beberapa kota yaitu Yogyakarta, Surabaya, Bali dan Lombok. Hasil market test menunjukkan bahwa chobio merupakan produk yang memang dibutuhkan konsumen sebagai produk alternative konsumsi probiotik. Chobio juga dapat diterima dengan baik oleh konsumen. Dari hasil uji SNI, chobio telah memenuhi syarat uji SNI. Selain itu, Chobio juga telah bersertifikat halal, sehingga Chobio memang telah benar-benar siap untuk dipasarkan. Saat ini produk Chobio juga telah beredar di pasaran, meskipun masih terbatas di Pulau Jawa. Chobio juga bisa dibeli secara online melalui online shop shopee pada link berikut: https://shopee.co.id/Chobio-Cokelat-Probiotik-30g-i.171703252.7029212694.