Direktur Jenderal Kerjasama Asean, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, I Gusti Agung Wesaka Puja, Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc., Sc dan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Dr. Erwan Agus Purwanto meresmikan Pusat Kajian Asean. Peresmian ditandai dengan Seminar “Toward A More Cohesive and people-Oriented ASEAN: 2015 and Beyond” di Ruang Seminar Pascasarjana UGM, Selasa (30/4).
Gusti Agung Wesaka Puja, mengatakan Pusat Kajian Asean di UGM memiliki arti penting bagi Indonesia. Pusat studi ini sudah saatnya menyiapkan para pendidik dan mahasiswa dalam Asean Community 2015. “ASEAN adalah soko guru politik bagi Indonesia, kenapa selama ini kita tidak focus lebih mendalam, justru mendirikan pusat studi lain. Di Chulalongkor Thailand, AS, Australia dan Cina telah lama memiliki dan memberi perhatian,” katanya.
Dikatakan Wesaka Puja, selain di UGM, Pusat Kajian Asean ini berdiri pula di Universitas Airlangga, Universitas Indonesia, Universitas Hassanudin dan Universitas Andalas. Masing-masing universitas diharapkan memiliki Pusat Kajian Asean dengan karakter-karakter yang sesuai. “Sebab bicara Asean dengan tiga pilarnya, maka masing-masing bisa menyiapkan diri. Bisa mengambil tekanan pada pilar politik, pilar ekonomi atau pilar sosial budaya. Seperti di Hassanudin sudah menyatakan berkonsentrasi pada kajian ekonomi,” tambahnya.
Terkait Asean Community 2015, Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc., Sc mengatakan Indonesia tidak akan mundur. Dengan modal penduduk dan wilayah jauh lebih luas dari yang lain, Indonesia berharap menjadi pemimpin di Asia.
Apalagi perkembangan terakhir ekonomi selatan, Indonesia berhasil masuk lapis kedua setelah India, Cina dan Brazil. Demikian pula setelah mencapai ekonomi 16 negara besar dunia, Indonesia dalam beberapa tahun kedepan berharap mencapai 10 besar dunia.
“UGM konsern memback up untuk memperkuat di masyarakat dunia, terutama di Asean. Bagaimana upaya untuk memimpin, size yang besar berpotensi menjadi pemimpin,” papar Rektor.
Dekan Fisipol UGM, Dr. Erwan Agus Purwanto menambahkan pendirian Pusat Kajian Asean secara akademik akan mendorong pendidik dan mahasiswa serta umum memahami permasalahan Asean, baik di bidang politik, ekonomi maupun sosial budaya. Pusat kajian yang berada di Fisipol UGM, ini diharapkan mampu menyiapkan kaum muda untuk berkiprah dalam Asean Community di tahun 2015.
“Sebagai bagian masyarakat Asean, perlu untuk saling memahami antara satu negara dengan negara lainnya, sehingga jika terjadi miss understanding, stabilitas politik di kawasan ini tetap terjaga,” ungkapnya.
Menurut Erwan, focus pusat kajian di awal-awal mendorong kesadaran masyarakat agar mengerti bahwa dalam waktu yang tidak lama mereka menjadi bagian dari masyarakat global, Asean 2015. Secara iklim akademik, hal ini tentu akan membawa mahasiswa outward looking. “Karena itu perbaikan kurikulum di semua jurusan di Fisipol UGM perlu dilakukan, atau bahkan di beberapa fakultas yang relevan. Karena bicara tentang public policy saja, amaka tidak lagi dalam skala lokal dan nasional, namun harus mengerti proses deliverynya di tingkat Asean,” imbuhnya. (Humas UGM/ Agung)