gizi
Buku Saku “Isi Piringku” bertujuan mengkampanyekan pola makan sehat dengan pemenuhan gizi seimbang bagi mahasiswa atau masyarakat secara umum. Konsumsi pangan masyarakat masih belum sesuai dengan pesan gizi seimbang. Hasil penelitian Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa masih banyak penduduk yang mengonsumsi sayuran dan buah-buahan dengan jumlah yang kurang dari porsi ideal yakni hanya 4,6% penduduk usia di atas 5 tahun yang mengonsumsi sayuran dan buah-buahan sesuai standar (kategori memenuhi).
Buku saku Isi Piringku ini diusun dengan mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang yang bertujuan untuk memberikan panduan konsumsi makanan sehari-hari dan berperilaku sehat berdasarkan prinsip konsumsi anekaragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik, dan memantau berat badan secara teratur dalam rangka mempertahankan berat badan normal. Dalam 1 piring setiap kita makan, isilah 2/3 bagian dari setengah piring masing-masing untuk makanan pokok dan untuk sayuran, 1/3 bagian dari setengah piring masing-masing untuk lauk-pauk dan untuk buah. Dalam satu hari, kita dianjurkan untuk makan sumber karbohidrat 3-4 porsi, makan sayur 3-4 porsi, buah 2-3 porsi, makanan sumber protein hewani dan nabati 2-4 porsi. Selain itu, kita perlu membatasi jumlah gula dan garam dalam makanan kita, dan rutin mengkonsumsi air putih minimal 2 liter setiap hari. Jangan lupa mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan.
Seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK) merupakan masa awal kehidupan saat terbentuk janin di dalam kandungan (270 hari) hingga dua tahun pertama kehidupan (730 hari) yang biasa disebut dengan golden period. Saat di dalam kandungan, organ-organ penting seperti otak, jantung, hati, ginjal, paru-paru, tulang mulai terbentuk dan berkembang dilanjutkan masa dua tahun setelah kelahiran, anak mulai beradaptasi dengan lingkungannya serta merupakan puncak perkembangan fungsi kognitif anak. Masa 1000 HPK sangat penting karena pada masa itu kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak sangat pesat dan riskan sehingga berdampak terhadap kualitas dan kesehatan generasi pada masa yang akan datang. Pada masa 1000 HPK asupan gizi perlu diperhatikan mulai dari calon pengantin, calon ibu, janin hingga anak. Apabila asupan gizinya kurang maka berpotensi menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak, contohnya timbul penyakit tidak menular, pertumbuhan kognitif terhambat sehingga kurang cerdas dan kompetitif, gangguan pertumbuhan tinggi badan sehingga bersiko pendek bahkan stunting (Sudargo, 2018). Status gizi perempuan baik sebelum hamil hingga menyusui juga perlu diperhatikan karena akan memengaruhi status gizi anaknya kelak. Selama masa kehamilan, ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, mengonsumsi tablet tambah darah (TTD), mendapatkan informasi yang lengkap tentang ASI dan manfaatnya, perawatan bayi, menyiapkan makanan pendamping ASI, imunisasi. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan pada kehidupan 730 hari selanjutnya, yaitu asupan nutrisi yang bergizi, beragam, seimbang, pencegahan penyakit dan imunisasi, deteksi dan stimulasi tumbuh kembang anak. (Anonim A, 2020)
Seperti yang telah kita ketahui, stunting menjadi masalah yang luar biasa dan dalam dua tahun terakhir merupakan masalah yang diprioritaskan oleh pemerintah. Sebenarnya seberapa besar pentingnya? Jika kita tinjau bila orang stunting paling tidak dalam waktu 20 sampai 30 tahun yang akan datang anak-anak menjadi suatu generasi dengan kualitas yang kurang baik. Oleh karena itu, diusahakan generasi ke depan semakin baik dan unggul. Stunting bukan hanya anak dengan perawakan pendek, tetapi juga disebabkan oleh kondisi kesehatan yang kurang optimal yaitu kekurangan gizi dan bersifat jangka panjang terutama pada 100 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) atau golden period. Seribu HPK merupakan masa yang sangat penting dan kritis mulai dari perkembangan di dalam rahim dan dua tahun pertama setelah bayi dilahirkan karena pada masa itu ada kejadian sangat penting yaitu pertumbuhan dan perkembangan dari orga-organ utama terutama perkembangan otak yang nantinya mempengaruhi kepandaian dan kognitif anak tersebut.
Faktor resiko terjadinya stunting karena kondisi nutrisi sebelum hamil, kondisi nutrisi saat hamil, terjadinya kehamilan pada usia remaja putri (rematri), adanya interval kelahiran yang terlalu dekat, pertumbuhan saat di dalam kandungan terganggu sehingga lahir dalam kondisi kecil, bayi BBLR, kondisi infeksi pada bayi. Sehingga dapat kita sarikan faktor terjadinya stunting yaitu karena pertumbuhan di dalam rahim terlambat, nutrisi pertumbuhan yang tidak adekuat, dan adanya infeksi.
Berikut ini upaya yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI guna mencegah stunting di Indonesia:
1. Pemberian TTD (Tablet Tambah Darah) bagi para remaja putri
2. Melakukan pemeriksaan kehamilan dan pemberian makanan tambahan pada ibu hamil guna mencukupi kandungan gizi dan zat besi pada ibu hamil.
3. Pemberian makanan tambahan berupa protein hewani pada anak usia 6-24 bulan seperti telur, ikan, ayam, daging dan susu.
WEBINAR SERI 8 AIPG-AIPI
Yth. Bapak/Ibu Sekalian,
Komisi Ilmu Rekayasa/ Akademi dalam bidang Ilmu Pangan dan Gizi – Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (KIR/AIPG-AIPI) akan mengadakan WEBINAR dengan tema:
“Pembangunan Pangan dan Gizi untuk Kesejahteraan Bangsa”
Melalui:
Zoom
Jumat, 18 Desember 2020
08.30 – 11.40 WIB
Bapak/Ibu dapat melakukan registrasi untuk berpartisipasi dalam Webinar Seri 8 AIPG-AIPI melalui link dibawah ini :
Link Registrasi
: http://bit.ly/webinarseri8aipg-aipi
Komisi Ilmu Rekayasa/ Akademi dalam bidang Ilmu Pangan dan Gizi – Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (KIR/AIPG-AIPI) akan mengadakan *WEBINAR* dengan tema:
*”Pembangunan Pangan dan Gizi untuk Kesejahteraan Bangsa”*
Melalui:
Zoom
Sabtu, 5 Desember 2020
08.30 – 11.40 WIB
Bapak/Ibu dapat melakukan registrasi untuk berpartisipasi dalam *Webinar Seri 7 AIPG-AIPI* lewat link dibawah ini :
Link Registrasi
: http://bit.ly/webinarseri7aipg-aipi
Stunting yang diartikan sebagai individu yang memiliki tinggi badan lebih pendek dari pada umumnya, merupakan salah satu akibat dari malnutrisi. Sedang malnutrisi sendiri dapat diartikan sebagai kurang gizi yang berakibat pada stunting yaitu pendek, atau wasting yaitu kurus, maupun over gizi yang berakibat pada obesitas. Kondisi stunting di Indonesia memang masih memprihatinkan, dari data resmi yang ada, persentase anak stunting masih berkisar antara 38%. Bahkan Indonesia menempati posisi terburuk ke 3 di negara Asia, setelah Timor Leste dan India.