Universitas Gadjah Mada PUSAT STUDI PANGAN DAN GIZI
Universitas Gadjah Mada
  • Home
  • Tentang PSPG
    • Visi & Misi
    • Struktur Organisasi
    • Profil PSPG
    • Sejarah PSPG
  • Program Pelatihan
  • Penelitian
    • Penelitian Tahun 2013
    • Penelitian Tahun 2015-2016
    • Penelitian Tahun 2017 – 2018
    • Penelitian Tahun 2019 – 2020
  • Fasilitas
    • Laboratorium
      • Lab Kimia dan Biokimia Pangan
      • Lab Mikrobiologi Pangan
      • Lab Gizi Pangan dan Gizi Klinis
      • Lab Rekayasa Pangan
    • Divisi Food & Nutrition Culture Collection (FNCC)
    • Unit Produksi Probiotik dan Kultur Starter
  • Kerjasama
    • Dalam Negeri
    • Luar Negeri
  • Layanan
    • PROSEDUR & DAFTAR BIAYA JASA ANALISIS PSPG 2024
    • Prosedur Pendaftaran Sewa Lab (Umum)
  • Beranda
  • Penelitian
  • [ARTIKEL] Gut Microbiota, Dysbiosis dan Konstipasi

[ARTIKEL] Gut Microbiota, Dysbiosis dan Konstipasi

  • Penelitian, Rilis
  • 2 February 2020, 09.44
  • Oleh: cfns
  • 0

 

Gut Microbiota, Dysbiosis dan Konstipasi

(ESR edisi Gut Microbiota)

 

Konstipasi atau sembelit diartikan sebagai frekuensi buang air besar yang lebih sedikit dibandingkan normal. Pada individu normal, dalam satu minggu, buang air besar setidaknya lebih dari 3x, bahkan ada yang melakukannya rutin setiap pagi hari. Namun jika frekuensi buang air besar kurang dari 3 kali seminggu, maka seseorang disebut mengalami konstipasi. Akibatnya ninja menjadi kering dan keras dan lebih sulit dikeluarkan. Konstipasi disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya, pola makan yang kurang teratur, kurang serat, jarang berolah raga, stress, depresi, kesibukan yang luar biasa, dll.  Konstipasi yang tidak ditangani dengan baik, dapat memicu terjadinya kanker kolon.

Apakah ada hubungan antara konstipasi dan gut microbiota? Jawabannya adalah IYA.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di PSPG UGM, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata komposisi gut microbiota orang Indonesia sehat dan wanita konstipasi. Komposisi yang jauh dari normal pada penderita konstipasi inilah yang disebut sebagai dysbiosis. Namun demikian, saat ini masih sulit ditentukan jenis bakteri yang dapat digunakan sebagai penanda pada penderita konstipasi. Masih diperlukan banyak penelitian untuk memilih bakteri penanda dengan harapan kedepan dapat digunakan sebagai probiotik untuk mengatasi dysbiosis. Modulasi gut microbiota diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi konstipasi.

Salam sehat selalu.

Tags: dysbiosis gut microbiota konstipasi kultur starter probiotik PSPG pspg ugm UGM

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Berita Terbaru

  • Uji Klinis Evosorption Tahap Kedua
  • Peneliti Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM bekerja sama dengan PT Anugrah Inti Makmur Indonesia dan PT Phytochemindo Reksa melakukan Kerja Sama Uji Klinis Whey Protein Evolene dengan Penambahan Evosorption
  • DAFTAR BIAYA ANALISIS PSPG UGM 2024
  • PSPG Menerima Kunjungan BPOM Dalam Rangka Benchmark Pengembangan Baku Mikrobia
Universitas Gadjah Mada

Pusat Studi Pangan dan Gizi

Universitas Gadjah Mada

Jalan Teknika Utara Barek, Yogyakarta 55281

 cfns@ugm.ac.id

 (0274) 589242

 (0274) 589242

Instagram: https://www.instagram.com/pspg_ugm/

Facebook Page: https://www.facebook.com/pspgugm/

 

 

 

 

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju