Oleh: Nancy Eka Putri M. S.Pt., M.Sc.
Kanker merupakan penyakit mematikan yang ditakuti oleh semua orang. Terdapat 9,8 juta kematian yang terjadi akibat kanker pada tahun 2018, dan kanker kolon atau colorectal cancer (CRC) merupakan jenis kanker yang menempati urutan ketiga paling umum terjadi di dunia dengan 1,80 juta kasus dan menempati urutan kedua dengan angka kematian tertinggi di dunia yaitu 862.000 kematian (WHO, 2018). Peningkatan CRC pada negara berkembang dapat disebabkan oleh peningkatan populasi yang menua, kebiasan hidup modern, kebiasaan diet, dan peningkatan faktor resiko CRC. Faktor resiko CRC adalah penyakit genetik, merokok, alkohol, dan kurangnya olahraga Persentase kematian CRC di Indonesia pada 2014 sebesar 10% dari 103.000 angka kematian CRC pada pria dan 8,5% dari 92.000 pada wanita. (Kupers, et al., 2016; Mustafa et al., 2016; Anonim, 2014)
Pencegahan CRC ini dapat dilakukan dengan mengonsumsi probiotik. Sivamaruthi et al. (2020) dalam jurnalnya memberikan mekanisme yang mendasari sifat anti-kanker probiotik pada kanker kolon yang terdapat pada gambar 1.
Gambar 1. Mekanisme sifat anti-kanker dari probiotik (Sivamaruthi et al., 2020)
Beberapa studi menyebutkan bahwa peran probiotik dalam menekan kanker kolon melalui SCFA. SCFA secara menyeluruh berperan dalam menjaga lingkungan kolon agar tetap sehat, dan Butirat yang merupakan komponen SCFA berperan besar dalam kesehatan usus besar karena dapat menghambat proliferasi sel, menginduksi diferensiasi sel, mempromosikan sel apoptosis, sebagai anti-tumor yang berguna mereduksi invasi sel tumor.
Mekanisme Butirat dalam menekan CRC terdapat pada gambar 2. Probiotik yang dikonsumsi membantu gut microbiota dalam menfermentasi serat yang dimakan sehingga terdapat peningkatan SCFA termasuk butirat. Butirat dapat menghambat perkembangan CRC dan meningkatkan kesehatan usus dengan beberapa cara yaitu mengurangi ekspresi NRP-1 dengan menghambat transaktivasi Sp1 untuk menekan angiogenesis, metastasis, dan kelangsungan hidup sel CRC. Butirat dapat mempromosikan apoptosis sel CRC dengan menghiperaktifkan jalur Wnt signaling. Butirat juga dapat membatasi proliferasi sel, dan menginduksi apoptosis sel dalam sel CRC melalui upregulasi ekspresi miR-203, P21waf1 dan bax, dan mempromosikan ekspresi endocan. Sementara itu butirat dapat meningkatkan p57 mRNa dan level protein dengan menghambat ekspresi c-Myc, yang mengurangi transkripsi kluster miR-17-92a dan level miR-92a. Secara kolektif, interaksi antara butirat, NRP-1. Wnt. Endocan, P21waf1 dan bax, miR-203 dan miR-92a memediasi efek anti-proliferasi dan pro-apoptosis dari butirat dalam sel CRC (Wu et al., 2018).
Gambar 2 mekanisme butirat menekan CRC (Wu et al., 2018)
Referensi:
Anonim. 2014. Cancer mortality profile: Indonesia. World Health Organization. WHO%20indonesian%20cancer%20colon. Accessed
Kuipers, E. J., W. M. Grady, D. Lieberman, T. Suefferlein, J. J. Sung, P. G. Boelens, C.J.H. can de Velde, dan T. Watanabe. 2016. Colorectal cancer. Nat. Rev. Dis. Primers. 15(1):15065.
Mustafa, J. Menon, R. K. Muniady, E.L. Illzam, M. J. Shah, dan A. M. Sharifa. 2016. Colorectal cancer: pathogenesis, management, and prevention. IOSR-JMDS. 15 (5) : 94 – 100.
Sivarmaruthi, B. S., P. Kesika, dan C. Chaiyasut, 2020. The role of probiotic in colorectal cancer management. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine. 20. 1-17.
WHO. 2018. Cancer. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/cancer. Diakses tanggal 21 Mei 2020.
Wu, X., Y. Wu, L. He, L. Wu, X. Wang, dan Z. Liu. 2018. Effects of the intestinal microbial metabolite butyrate development of colorectal cancer. J. cancer. 9 (14): 2510-2517.