Produksi bahan pangan dengan cara fermentasi sudah sangat banyak dan beragam di kalangan masyarakat. Proses produksinya pun tergolong mudah. Bahan pangan fermentasi menggunakan bantuan mikrobiota dalam proses pengolahannya, sehingga membutuhkan penanganan proses yang terkontrol agar mikrobiota yang ditambahkan dapat memproses secara maksimal. Beberapa mikrobiota tersebut hidup dan tumbuh dalam kondisi lingkungan yang sangat spesifik untuk dapat berkembang dan tumbuh. Saat ini telah banyak dilakukan proses pembuatan pangan hasil fermentasi, namun tidak sedikit juga yang masih mengalami kendala dalam proses pembuatannya.
Oleh: Pratama Nur Hasan, STP., M.Sc.
Saat ini Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM telah memiliki unit produksi probiotik dan kultur starter yang diresmikan pada tanggal 8 November 2019. Unit ini memiliki alat-alat terbaru dalam menunjang proses produksi seperti freeze dryer dan sentrifuge suhu rendah dengan kapasitas yang cukup besar yaitu 6 L untuk sekali proses, alat-alat tersebut dibeli melalui pendanaan proyek LPDP RISPRO 2019. Unit produksi ini memberikan layanan produksi berbagai macam jenis probiotik serta kultur starter yang dimiliki oleh PSPG UGM baik dalam bentuk bubuk/serbuk maupun bentuk cair. Unit ini juga telah mendapatkan sertifikasi halal dari LPPOM MUI.
Dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Sistem Penjaminan Halal, pada tanggal 15 Mei 2020 PSPG mengadakan In House Training Sistem Penjaminan Halal via Webex. Pemateri pada pelatihan ini adalah Dr. Ir. Muhammad Nur Cahyanto, M.Sc. dari Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Materi yang disampaikan yaitu mengenai penjaminan kehalalan produk pangan yang meliputi pengertian pangan Halal dan apa yang mendasarinya, kriteria bahan pangan halal, dan syarat-syarat yang menjamin kehalalan produk pangan. Adapun produk pangan dapat dikatakan halal apabila memenuhi dua syarat, yaitu 1) Dibuat dari bahan-bahan yang halal dan 2) Diolah menggunakan alat-alat yang tidak digunakan untuk mengolah bahan-bahan yang haram.
PROBIOTIK
Oleh: Prof. Dr. Ir. Endang S. Rahayu, M.S.
Jumlah berapa yang efektif, Kapan mengkonsumsi, Bagaimana memproduksinya, Bagaimana menjaga produk tetap hidup?
Probiotik diartikan sebagai mikroorganisme hidup yang dikonsumsi dalam jumlah cukup, serta dapat memberi manfaat kesehatan pada hostnya (FAO/WHO, 2002).
Berikut ini penjelasan tentang bagaimana produk berbasis probiotik diproduksi, berdasarkan dari praktek yang dilakukan di Unit Produksi Probiotik dan Kultur Starter, Pusat Studi Pangan Gizi, UGM, bekerjasama dengan beberapa stake holders.
Gut Microbiota: Perkembangannya pada Manusia
Oleh Tim Peneliti Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM
Saat ini ilmu gut microbiota berkembang dengan pesat, terutama didukung oleh peralatan canggih yang secara cepat dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai jenis mikroorganisme yang terdapat dalam saluran pencernaan manusia. Berawal dari ketertarikan Theodor Escherich (1857-1911) terhadap faktor penyebab diare pada bayi. Dia menggoreskan feses bayi pada gelas preparat dilanjutkan dengan pengamatan menggunakan mikroskop. Hasil dari pengamatan tersebut diperoleh perbedaan komposisi populasi bakteri pada feses bayi yang minum air susu ibu (ASI) dan susu botol. Dia memberi nama Bacterium coli communior sebagai bakteri yang dominan pada feses, bakteri ini diperkirakan mencerminkan keberadaan bakteri pada kolon, yang selanjutnya diberi nama Escherichia coli. Selain itu, pada Tahun 1899 Tissier menemukan bahwa bakteri Probiotik dan Gut Microbiota yang predominan pada usus bayi ASI adalah bakteri anaerob yang diberi nama Bacillus bifidus, yaitu bakteri yang berbentuk bifid (Y). Penelitian ini merupakan awal dari penemuan Bifidobacterium yaitu bakteri yang dikenal baik pada usus manusia. Metchnikoff (1908) juga melakukan pengamatan terhadap orang Bulgaria yang tetap sehat saat berusia lanjut, diduga berasal dari konsumsi yogurt yang mengandung bakteri hidup, Lactobacillus. Teori ini menjadi landasan konsep probiotik yang saat ini diartikan sebagai konsumsi sel hidup yang memiliki efek kesehatan bagi tubuh. Ketiga peneliti ini merupakan pionir di bidang penelitian mikrobiota usus (gut microbiota). Penelitian tentang gut microbiota saat ini juga sedang dilakukan oleh Tim Peneliti Probiotik – Gut Microbiota Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada (FTP-UGM). Diharapkan, data yang diperoleh dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara pola makan, gut microbiota, dan kondisi kesehatan.
Gut Microbiota – Brain – Liver – Lung Axis
Oleh: Prof. Dr. Ir. Endang S. Rahayu, M.S.
Bagaimana menjelaskan hubungan antara mikrobiota yang ada di Gut (usus) dengan Liver, Brain, dan Lung? Bagaimana peran probiotik di dalam mengatasi dysbiosis?
Gut Microbiota yang berisi triliunan mikroorganisme dengan sekitar 2000-3000 spesies yang berbeda serta total gen sekitar 150x lebih banyak dari gen manusia, memiliki peranan penting di dalam kesehatan tubuh. Perkembangan gut microbiota dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu diet (pola makan), genetik, umur, daerah, kebiasaan, aktivitas fisik, obat-obatan, dan faktor yang lain. Namun, di antara faktor-faktor ini, diet merupakan faktor utama.
Setelah melangsungkan Webinar Gut-Lang Axis Seri pertama pada 24 April 2020 (Link materi webinar GLA seri I: http://cfns.ugm.ac.id/2020/04/24/materi-webinar-gut-lung-axis-peran-probiotik-dalam-mengatasi-covid-19/), pada hari Jumat, 8 Mei 2020 Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM kembali menggelar Webinar yang bertajuk “Gut-Lung Axis: Peran Probiotik dalam Mengatasi Covid-19 Seri Kedua”. Kali ini PSPG bekerja sama dengan Indonesian Society for Lactic Acid Bacteria (ISLAB-GM). Pembicara pada webinar kali ini adalah Prof. Dr. Lilis Nuraida, M.Sc. (SEAFAST Center and Department of Food Science and Technology, IPB University) dan Prof. Heda Melinda Nataprawira, Sp.A(K)., M.Kes. (Pediatric Respirology, Hasan Sadikin Hospital; Universitas Padjadjaran Bandung). Bertindak sebagai host yaitu Prof. Dr. Ir. Endang S. Rahayu (Kepala PSPG UGM) serta Ir. I Nengah Sujaya, M.Agr.Sc., Ph.D. (Universitas Udayana) sebagai moderator.
PSPG UGM bersama ISLAB-GM (Indonesian Society for Lactic Acid Bacteria and Gut Microbiota) akan mengadakan Webinar seri kedua “Gut-Lung Axis: Peran Probiotik dalam mengatasi Covid-19” pada tanggal 8 Mei 2020 pukul 14.00 – 16.00 WIB.
Pembicara: Prof. Dr. Lilis Nuraida, M.Sc. (IPB) dan Prof. Heda Melinda, Sp.A(K)., M.Kes. (Unpad)
Host: Prof. Dr. Ir. Endang S. Rahayu, M.S. (PSPG UGM)
Moderator: Ir. I Nengah Sujaya, M.Agr.Sc., Ph.D. (Udayana)
Makanan Bergizi dan Sistem Imun
Oleh: Prof. Dr. Ir. Endang Sutriswati Rahayu, M.S.
Seseorang yang memiliki pola makan yang baik, diet seimbang, bergizi dan bervariasi cenderung memiliki tubuh yang lebih sehat dengan sistem imun tubuh yang lebih kuat, dan memiliki risiko rendah terhadap serangan penyakit infeksi dan kronis. Berbagai jenis makanan segar atau yang diproses secara minimal merupakan sumber vitamin, mineral, serat, protein serta antioksidan. Untuk mendukung tubuh yang sehat juga perlu minum yang cukup. Mengurangi makanan manis, asin serta lemak diperkirakan dapat menurunkan risiko kegemukan, penyakit jantung, stroke, diabetes dan beberapa tipe penyakit kanker. Vitamin sangat penting di dalam meningkatkan sistem imun tubuh, sedang antioksidan dapat meredakan peradangan (inflamasi) serta mampu menjaga tekanan darah normal dan menurunkan risiko terjadinya penyakit jantung.
Materi Webinar “Gut-Lung Axis: Peran Probiotik dalam Mengatasi Covid-19” Seri I
Pada hari Jumat, 24 April 2020 Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM melaksanakan Webinar yang bertajuk “Gut-Lung Axis: Peran Probiotik dalam Mengatasi Covid-19”. Pembicara pada webinar ini adalah Prof. Dr. Ir. Endang S. Rahayu, M.S. (Kepala PSPG UGM, Ahli di bidang Probiotik & Gut Microbiota) dan Ir. I Nengah Sujaya, M.Agr.Sc., Ph.D. (Dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana).