Universitas Gadjah Mada PUSAT STUDI PANGAN DAN GIZI
Universitas Gadjah Mada
  • Home
  • Tentang PSPG
    • Visi & Misi
    • Struktur Organisasi
    • Profil PSPG
    • Sejarah PSPG
  • Program Pelatihan
  • Penelitian
    • Penelitian Tahun 2013
    • Penelitian Tahun 2015-2016
    • Penelitian Tahun 2017 – 2018
    • Penelitian Tahun 2019 – 2020
  • Fasilitas
    • Laboratorium
      • Lab Kimia dan Biokimia Pangan
      • Lab Mikrobiologi Pangan
      • Lab Gizi Pangan dan Gizi Klinis
      • Lab Rekayasa Pangan
    • Divisi Food & Nutrition Culture Collection (FNCC)
    • Unit Produksi Probiotik dan Kultur Starter
  • Kerjasama
    • Dalam Negeri
    • Luar Negeri
  • Layanan
    • PROSEDUR & DAFTAR BIAYA JASA ANALISIS PSPG 2024
    • Prosedur Pendaftaran Sewa Lab (Umum)
  • Beranda
  • Agenda
  • [INFO WEBINAR] Webinar Series Keamanan Pangan #6: Bahaya Cemaran Mikotoksin dan Kimia pada Bahan Pangan

[INFO WEBINAR] Webinar Series Keamanan Pangan #6: Bahaya Cemaran Mikotoksin dan Kimia pada Bahan Pangan

  • Agenda, Article, Berita Foto, Pelatihan, Rilis
  • 17 August 2020, 19.46
  • Oleh: cfns
  • 0

 

DAMPAK KESEHATAN MIKOTOKSIN

Apakah dampak pada kesehatan apabila tidak sengaja ternyata makanan yang kita konsumsi telah tercemar dengan mikotoksin?

Pada umumnya, dampak mikotoksin adalah bersifat kronis, yaitu setelah terakumulasi pada tubuh dalam jangka waktu yang lama. Namun ada juga yang sifatnya akut. Marilah kita kembali pada sejarah ditemukannya mikotoksin.
Pada awal tahun 1960, terdapat dua kejadian yang membuktikan bahwa jamur benang (mold) dapat menghasilkan metabolit yang beracun. Pertama, peristiwa yang terjadi di Rusia, pada saat perang dunia (PD) II. Meskipun peristiwanya sendiri terjadi pada tahun 1940, informasinya baru menyebar pada tahun 1960. Pada masa perang, setelah Jerman menduduki Rusia, dilakukan penyerangan ke Moskow pada musim gugur tahun itu. Jerman memaksa bangsa Rusia meninggalkan lahannya sebelum tanaman dipanen. Salah satu dari tanaman yang belum dipanen saat itu adalah millet. Namun demikian, ternyata Jerman gagal menyerang Moskow karena musim dinginnya yang sangat berat, dan suasana ini menyebabkan bangsa Rusia kembali menguasai daerah dan lahannya. Millet yang belum sempat dipanen dan tetap tertinggal selama musim dingin dengan saljunya yang berat, selanjutnya dipanen dan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan roti tawar. Namun, ternyata, roti ini telah menyebabkan wabah penyakit dan juga kematian (mencapai 100.000), di beberapa daerah di Uni Soviet. Penyelidikan lebih lanjut membuktikan bahwa millet telah terkontaminasi oleh jamur, terutama Fusarium. Jamur inilah yang diperkirakan mampu menghasilkan toksin trikotesena, yang dapat menimbulkan penyakit yang disebut alimentary toxic aleukia (ATA) atau septic angina.

Kedua, kejadian yang berkaitan dengan jamur benang (mold) dan produksi toksinnya dan terjadi di Inggris pada awal tahun 1960. Kejadian ini berkaitan dengan penyakit ternak, terutama ayam kalkun, bebek, dan anak ayam. Penyakit dengan gejala depresi dicirikan dengan cara berjalan yang tidak stabil (staggering gait) menyebabkan kematian mendadak pada kalkun yang terserang. Dari hasil pengamatan pada karakasnya membuktikan bahwa jaringannya telah rusak dan terjadi akumulasi darah. Livernya membesar secara bervariasi, kukuh dan kadang berwarna merah kekuningan pucat. Pengamatan yang sama juga dilakukan pada bebek, tetapi dengan tambahan bahwa banyak pendarahan di bawah kulit (subcutaneous hemorrahages) yang kelihatan pada kaki dan bagian belakang. Beribu-ribu ternak mati disebabkan kasus ini. Setelah dilakukan penyelidikan ternyata penyebab dari kasus ini adalah terdapatnya metabolit pada pakan yang dihasilkan oleh Aspergillus flavus, sehingga metabolit yang sangat toksik ini disebut sebagai aflatoksin. Bagaimana dampak kesehatan mikotoksin yang lain?

Ikuti Webinar Series Keamanan Pangan #6 dengan topik mengenai Bahaya Cemaran Mikotoksin dan Kimia pada Bahan Pangan yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM bekerja sama dengan Asosiasi Profesi Keamanan Pangan Indonesia (APKEPI).

Kini menghadirkan narasumber, pakar Mikrobiologi dari UGM, Prof. Dr. Endang S Rahayu dan dosen Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Dr. Andriati Ningrum

Jumat, 28 Agustus 2020
Pukul 09.00 – 11.00 WIB
melalui Cisco Webex

DAFTAR SEKARANG!
bit.ly/panganaman6
atau hubungi Dina 085643219449 (Whatsapp)

GRATIS! Seluruh peserta akan mendapatkan e-sertifikat

Ayo daftar! Jangan sampai ketinggalan 😃

Tags: APKEPI food safety keamanan pangan mikotoksin PSPG pspg ugm webinar webinar keamanan pangan

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Berita Terbaru

  • IUMS Outreach Program
  • Uji Klinis Evosorption Tahap Kedua
  • Peneliti Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM bekerja sama dengan PT Anugrah Inti Makmur Indonesia dan PT Phytochemindo Reksa melakukan Kerja Sama Uji Klinis Whey Protein Evolene dengan Penambahan Evosorption
  • DAFTAR BIAYA ANALISIS PSPG UGM 2024
Universitas Gadjah Mada

Pusat Studi Pangan dan Gizi

Universitas Gadjah Mada

Jalan Teknika Utara Barek, Yogyakarta 55281

 cfns@ugm.ac.id

 (0274) 589242

 (0274) 589242

Instagram: https://www.instagram.com/pspg_ugm/

Facebook Page: https://www.facebook.com/pspgugm/

 

 

 

 

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju